Writing Class with Mr. Andrian Part #3



Ceritanyaaaaaaa
Tiket ‘cling’ kereta api

“Jug gejak gejuk gejak gejuk Kereta berangkat
Jug gejak gejuk gejak gejuk Hatiku gembira”
Lirik yang gak asing bukan di telinga? Akhir-akhir ini lagu ini sering dibawakan sama penyanyi-penyanyi local Indonesia, Soimah contohnya. J Gak sedikit juga yang suka lagu ini. Selain mewakili suasana hati kalau sedang naik kereta, -gak mungkin sedang mengendarai kereta- memang nadanya juga enak. :p Beberapa minggu yang lalu aku merasakannya. Gejak gejuk kereta selama perjalanan Bandung – Malang sekitar 16 jam. Backpack-an dadakan ceritanya. H-1 belum punya tiket berangkat, apalagi tiket pulang. Terbayang pun belum. Nah H-1 jam 19.30 aku nekat ke stasiun kereta Bandung. No antrian udah habis, otomatis nekat lagi nyelonong ke loket pembelian tiket tanpa nomor antrian. Yang kesalip udah pasang muka bête. But, I don’t care. Ternyata info yang aku tau dari loket adalah tiket ke Malang untuk besoknya udah sold out. No idea anymore. Udah hopeless dan gak kebayang kalau gagal pergi ke Malang, artinya aku gagal upacara 17 Agustus di Ranu Kumbolo Semeru sana.
Tiba-tiba ada ide cling lain yang aku pikir waktu itu. Kalau gak salah, operator stasiun Bandung itu namanya Sumarna. Kata temenku, ada beberapa kursi yang bisa dibuka kalau tiket udah sold out. Aha. Entah dari mana ada ide yang ‘cling’ ini. Tuhan pastinya yang acc ide ini. J Aku belokkan langkahku yang asalnya mau keluar stasiun jadi ke costumer service. Pasang muka PD full dan dengan senyum SKSD-ku aku minta diantar ke ruangan Pak Sumarna ini. Aku tukar salah satu kartu yang ada di dompetku dengan kartu tanda visitor gitu. Cukup bertanya dimana ruangan Pak Sumarna, satpan langsung kasih rute detail. Beruntungnya di gate yang di dalam, belum sempet nanya, bapak berseragam malah nanya duluan. Jelas aku jawab mau ke Pak Sumarna. Bapak itu hanya bilang ‘ikuti saya’. Jurus selanjutnya masih aku cari. Gimana kalau pas udah di ruangan Pak Sumarna? Deg-degannya lebih wow dari deg-degan saat mau kopdar sama temen baru atau gebetan baru.
Setelah melewati beberapa lintasan, akhirnya masuklah ke ruangan kecil bertuliskan ‘operator’ di atas pintunya. Aku mulai keki. Swear. Setelah bapak yang mengantarku keluar, aku langsung menyapa Pak Sumarna. Yang ada di otakku hanya bagaimana caranya aku beli tiket ke Malang. Malang udah menggoda otakku. “Hmm, Pak Sumarna, apa kabar? Lagi sibuk pak? Pak, saya mau ke Malang besok. Saya udah ke loket pembelian tiket, katanya udah habis. Saya make sure ke CS, habis juga. Saya hanya bisa minta tolong ke Bapak. Gimana pak? Kira-kira bisa bukakan kursi buat saya? Urgent pak, saya harus ke Malang besok”. Gak ngerti itu kata-kata dari mana. Pak Sumarna menjawab lengkap dan “Mau bisnis atau eksekutif?”. Aku dengan spontan jawab “eksekutif pak”. Dan traksaksi berlangsung disana. Untungnya isi dompet yang aku tukar dengan kartu tanda visitor adalah NPWP, jadi aku bisa gunakan KTPku buat reserve tiket kereta. Tanpa cipika-cipiki, aku pamit pulang dan berterima kasih pastinya. Gak lupa aku juga minta no telponnya, karena aku yakin saat pulang dari malang aku akan melakukan hal yang sama. Membeli tiket kereta go show dengan cara meminta kontak operator stasiun Malang ke Pak Sumarna. Dan benar saja. 3 hari kemudian, rencana itu berjalan lancar di last minutes sebelum keberangkatan kereta Malang ke Bandung. Hehheee

Terima kasih Pak Sumarna. Deal yah kita bersaudara. 

Dan hasil revisinyaaaa

Tiket ‘cling’ kereta api Malabar

“Jug gejak gejuk gejak gejuk Kereta berangkat
Jug gejak gejuk gejak gejuk Hatiku gembira”
Lirik yang gak asing kan? Belakangan lagu ini sering dinyanyikan penyanyi lokal, Soimah contohnya. Banyak yang suka lagu ini. Selain mewakili suasana hati kalau sedang naik kereta (gak mungkin mengendarai kereta kan?), juga memang nadanya enak:p Beberapa minggu lalu aku merasakan gejak gejuk kereta api Malabar selama perjalanan Bandung-Malang sekitar 16 jam. Nah sebelum berangkat, ada kejadian lucu.. hihi
Sebagai backpacker sejati (zzzzz..), aku gak pernah mau repot dengan persiapan beli tiket. Pokoknya dateng langsung jreng berangkat! Tapi kemarin itu berbeda. Karena niatku pengen upacara 17 Agustus di Ranu Kumbolo, danau di kaki gunung Semeru itu lhooo.. Maka H-1, sekitar jam 19.30, aku ke stasiun Bandung. Pas mau ngantri ternyata nomor antrian udah habis, jadi otomatis nekat nyelonong ke loket pembelian tiket tanpa nomor antri. Pake nyalip antrian, dan yang kesalip langsung bête. Sampe depan loket giliran aku pasang muka bête karena tiket ke Malang besok udah sold out! Grrrrr.. hopeless campur lemes. 
Mendadak, CLING!! Aku teringat, kalau gak salah operator stasiun Bandung itu namanya Sumarna. Kata temenku, ada beberapa kursi yang bisa dibuka kalau tiket udah sold out. Aha! Nah Pak Sumarna ini yang konon bisa nolongin dapet tiket. Langsung aku ke CS dengan pasang muka full PD lengkap dengan senyum SKSD, padahal deg-degan juga sih, mau ketemu Pak Sumarna. Di CS aku cuma harus meninggalkan kartu pengenal, yah prosedur standar kunjungan gitu, terus aku diantar masuk ke ruangan kecil bertuliskan ‘operator’ di atas pintunya. Oh ini ruangan Pak Sumarna, hmm, dan orangnya ada! Aku langsung menyapa Pak Sumarna dengan penjelasan serta alasan panjang lebar. Termasuk niat upacara itu :p Tiba-tiba Pak Sumarna menjawab, “Mau bisnis atau eksekutif?”. Gedubrak! Spontan aku jawab, “Eksekutif Pak!”. Ternyata CS melayani pemesanan juga kalo kepepet mungkin ya hihi... Dengan KTP aku reservasi tiket kereta Malabar, Bandung-Malang. Akhirnya kenangan perjalanan ke Malang gak hanya danau Ranu Kumbolo, tetapi juga perkenalan dengan Pak Sumarna dan CS PT KAI yang selama ini tidak aku perhatikan, termasuk pelajaran memesan tiket kereta api. Jadi backpacker harus cerdas juga, daripada gak jadi berangkat karena tiket habis, ya mending pesan. 

0 comments:

Post a Comment

 

Followers

Links

BumiBloggerWarung Blogger