Ceritanyaaaaaaa
Tiket ‘cling’
kereta api
“Jug
gejak gejuk gejak gejuk Kereta berangkat
Jug
gejak gejuk gejak gejuk Hatiku gembira”
Lirik
yang gak asing bukan di telinga? Akhir-akhir ini lagu ini sering dibawakan sama
penyanyi-penyanyi local Indonesia, Soimah contohnya. J Gak sedikit juga yang suka lagu ini. Selain
mewakili suasana hati kalau sedang naik kereta, -gak mungkin sedang mengendarai
kereta- memang nadanya juga enak. :p Beberapa minggu yang lalu aku
merasakannya. Gejak gejuk kereta selama perjalanan Bandung – Malang sekitar 16
jam. Backpack-an dadakan ceritanya. H-1 belum punya tiket berangkat, apalagi
tiket pulang. Terbayang pun belum. Nah H-1 jam 19.30 aku nekat ke stasiun
kereta Bandung. No antrian udah habis, otomatis nekat lagi nyelonong ke loket
pembelian tiket tanpa nomor antrian. Yang kesalip udah pasang muka bête. But, I
don’t care. Ternyata info yang aku tau dari loket adalah tiket ke Malang untuk
besoknya udah sold out. No idea anymore. Udah hopeless dan gak kebayang kalau
gagal pergi ke Malang, artinya aku gagal upacara 17 Agustus di Ranu Kumbolo
Semeru sana.
Tiba-tiba
ada ide cling lain yang aku pikir waktu itu. Kalau gak salah, operator stasiun
Bandung itu namanya Sumarna. Kata temenku, ada beberapa kursi yang bisa dibuka
kalau tiket udah sold out. Aha. Entah dari mana ada ide yang ‘cling’ ini. Tuhan
pastinya yang acc ide ini. J Aku
belokkan langkahku yang asalnya mau keluar stasiun jadi ke costumer service.
Pasang muka PD full dan dengan senyum SKSD-ku aku minta diantar ke ruangan Pak
Sumarna ini. Aku tukar salah satu kartu yang ada di dompetku dengan kartu tanda
visitor gitu. Cukup bertanya dimana ruangan Pak Sumarna, satpan langsung kasih
rute detail. Beruntungnya di gate yang di dalam, belum sempet nanya, bapak
berseragam malah nanya duluan. Jelas aku jawab mau ke Pak Sumarna. Bapak itu
hanya bilang ‘ikuti saya’. Jurus selanjutnya masih aku cari. Gimana kalau pas
udah di ruangan Pak Sumarna? Deg-degannya lebih wow dari deg-degan saat mau
kopdar sama temen baru atau gebetan baru.
Setelah
melewati beberapa lintasan, akhirnya masuklah ke ruangan kecil bertuliskan
‘operator’ di atas pintunya. Aku mulai keki. Swear. Setelah bapak yang
mengantarku keluar, aku langsung menyapa Pak Sumarna. Yang ada di otakku hanya
bagaimana caranya aku beli tiket ke Malang. Malang udah menggoda otakku. “Hmm,
Pak Sumarna, apa kabar? Lagi sibuk pak? Pak, saya mau ke Malang besok. Saya
udah ke loket pembelian tiket, katanya udah habis. Saya make sure ke CS, habis
juga. Saya hanya bisa minta tolong ke Bapak. Gimana pak? Kira-kira bisa bukakan
kursi buat saya? Urgent pak, saya harus ke Malang besok”. Gak ngerti itu
kata-kata dari mana. Pak Sumarna menjawab lengkap dan “Mau bisnis atau
eksekutif?”. Aku dengan spontan jawab “eksekutif pak”. Dan traksaksi
berlangsung disana. Untungnya isi dompet yang aku tukar dengan kartu tanda
visitor adalah NPWP, jadi aku bisa gunakan KTPku buat reserve tiket kereta.
Tanpa cipika-cipiki, aku pamit pulang dan berterima kasih pastinya. Gak lupa
aku juga minta no telponnya, karena aku yakin saat pulang dari malang aku akan
melakukan hal yang sama. Membeli tiket kereta go show dengan cara meminta
kontak operator stasiun Malang ke Pak Sumarna. Dan benar saja. 3 hari kemudian,
rencana itu berjalan lancar di last minutes sebelum keberangkatan kereta Malang
ke Bandung. Hehheee
Terima
kasih Pak Sumarna. Deal yah kita bersaudara.
Dan hasil revisinyaaaa
Tiket ‘cling’ kereta api Malabar
“Jug gejak gejuk gejak gejuk Kereta berangkat
Jug gejak gejuk gejak gejuk Hatiku gembira”
Lirik yang gak asing kan? Belakangan lagu ini sering dinyanyikan penyanyi
lokal, Soimah contohnya. Banyak yang suka lagu ini. Selain mewakili suasana
hati kalau sedang naik kereta (gak mungkin mengendarai kereta kan?), juga
memang nadanya enak:p Beberapa minggu lalu aku merasakan gejak gejuk kereta api
Malabar selama perjalanan Bandung-Malang sekitar 16 jam. Nah sebelum berangkat,
ada kejadian lucu.. hihi
Sebagai backpacker sejati (zzzzz..), aku gak pernah mau repot dengan
persiapan beli tiket. Pokoknya dateng langsung jreng berangkat! Tapi kemarin itu
berbeda. Karena niatku pengen upacara 17 Agustus di Ranu Kumbolo, danau di kaki
gunung Semeru itu lhooo.. Maka H-1, sekitar jam 19.30, aku ke stasiun Bandung.
Pas mau ngantri ternyata nomor antrian udah habis, jadi otomatis nekat
nyelonong ke loket pembelian tiket tanpa nomor antri. Pake nyalip antrian, dan
yang kesalip langsung bête. Sampe depan loket giliran aku pasang muka bête
karena tiket ke Malang besok udah sold out! Grrrrr.. hopeless campur
lemes.
Mendadak, CLING!! Aku teringat, kalau gak salah operator stasiun
Bandung itu namanya Sumarna. Kata temenku, ada beberapa kursi yang bisa dibuka
kalau tiket udah sold out. Aha! Nah Pak Sumarna ini yang konon bisa nolongin
dapet tiket. Langsung aku ke CS dengan pasang muka full PD lengkap dengan
senyum SKSD, padahal deg-degan juga sih, mau ketemu Pak Sumarna. Di CS aku cuma
harus meninggalkan kartu pengenal, yah prosedur standar kunjungan gitu, terus aku
diantar masuk ke ruangan kecil bertuliskan ‘operator’ di atas pintunya. Oh ini
ruangan Pak Sumarna, hmm, dan orangnya ada! Aku langsung menyapa Pak Sumarna
dengan penjelasan serta alasan panjang lebar. Termasuk niat upacara itu :p Tiba-tiba
Pak Sumarna menjawab, “Mau bisnis atau eksekutif?”. Gedubrak! Spontan aku
jawab, “Eksekutif Pak!”. Ternyata CS melayani pemesanan juga kalo kepepet
mungkin ya hihi... Dengan KTP aku reservasi tiket kereta Malabar,
Bandung-Malang. Akhirnya kenangan perjalanan ke Malang gak hanya danau Ranu
Kumbolo, tetapi juga perkenalan dengan Pak Sumarna dan CS PT KAI yang selama
ini tidak aku perhatikan, termasuk pelajaran memesan tiket kereta api. Jadi
backpacker harus cerdas juga, daripada gak jadi berangkat karena tiket habis,
ya mending pesan.
0 comments:
Post a Comment