Entah dari mana harus Aku mulai cerita
menyedihkan ini. Sekujur tubuhku mendadak menjadi kaku setiap aku mengingatnya.
Moni, begitu ia kerap dipanggil oleh teman-temannya dari nama panjangnya Benny Filkor Wahab. Nama
yang cukup mampu membuatku meleleh dan sejenak ingin berteriak saja dalam
bayangan semunya. Aku lebih mengenalnya sebelum persimpangan pada tujuan yang
berbeda itu terjadi. Mukaku akan menjadi pucat pasi dan suaraku akan menjadi
parau membisik ketika Aku mengenangnya. Mungkin ini karena Aku yang terlalu
lemah untuk melalui serpihan dari bagian hidup yang pahit ini. Kesedihan yang
terlalu bermakna membuatku cukup lemah dan menguras waktuku untuk hal yang satu
ini. Sungguh .. Aku tidak mampu menahan lagi air mataku yang sejak tadi siang
aku bendung. Terlalu berarti aku mengungkapkannya. Aku terkejut membaca status
yang hatiku saja tak pernah membayangkan.
“Girl, go away from my brother!”
Begitulah status gadis berusia 21 tahun itu.
Mungkin semua orang akan bertanya hal yang sama jika berada pada posisiku. Yah
.. Begitulah adanya. Aku tidak mau terlalu dalam memaknai status yang diupdate oleh gadis yang merupakan adik
dari lelaki yang mengaku kekasihku itu. Seminggu sebelum siang yang menyesakan
tadi kualami, jelas masih terasa bagaimana ia mengungkapkan rasa sayangnya
padaku, bagaimana ia membangunkanku di pagi hari, memberiku semangat sepanjang
hari, meninabobokanku di malam hari dan menjemputku untuk bermimpi. Begitulah
sosok ia yang dimataku tak ada cacatnya sedikitpun.
Sebuah perkenalan di akhir bulan September itu
telah membuatku terjebak dalam manis dan indahnya sebuah rasa. Dari pengakuannya
yang masih terekam dalam otakku, ia telah lama mengenalku. Jauh sebelum ia mencoba
menghubungiku yang dengan susah payah ia mendapat nomberku dari temennya yang
juga adalah temanku. Berulang kali ia meminta nomberku pada temannya, si Icank,
semenjak ia pertama kali berpapasan denganku di pelataran sebuah bank yang
tepat berada di pinggir jalan. Ketika itu Aku hendak pulang bersama Icank dari
sehabis menjadi host di sebuah acara music salah satu event rokok. Aku
benar-benar tidak menyadari sebuah pertemuan itu. Bahkan sama sekali tidak
mengingat rupanya ataupun sekedar warna kaos yang dia pakai dan sandal yang ia
kenakan.
Beberapa bulan setelah kejadian itu, ketika aku
berada dalam sebuah perjalanan menuju rumah temanku, sebut saja aska, ada missed
call yang aku sama sekali tidak mengenal nomornya. Nomor hape cdma dengan kode area Samarinda itu membuatku bertanya
siapakah gerangan dirinya. Tak lama setelah itu, ia menelpon lagi dan mulailah
aku dan ia berbicara dalam suasana perkenalan yang asik dan memang merupakan
kesan perkenalan pertama yang baik. Hingga hari demi hari Aku menikmati
hubungan pertemanan yang nyaman dan penuh kesan indah itu. Dari penjelasan
singkatnya, Aku pun tahu ternyata dia juga yang pernah menelponku tempo hari.
Hanya saja Aku yang terlalu bodoh karena Aku mengira Icank yang bermaksud
menelponku. Aku pun tak menghiraukannya karena aku lebih terfokus pada
semangkok mie baso yang siap ku santap. Andai Aku tahu ia yang telpon, mungkin
perkenalan itu dimulai lebih awal, tidak setelah ia berpindah ke Samarinda.
Tapi sebuah penyesalan tak pernah tersirat pada perkenalan itu.
Pertemanan itu terjalin begitu indah. Aku ulangi
pertemanan itu begitu indah. Memang. Kami saling terjebak dalam kata-kata dan
bahasa-bahasa sederhana yang cukup bahkan sangat membius. Indah. Rasa nyaman
yang sama-sama Aku dan ia rasakan membuat semua semakin akrab dan tak ada rasa
canggung diantaranya. Kami mempunyai banyak persamaan yang sangat menarik dan
juga banyak perbedaan yang menjadikan kami merasa saling melengkapi. Tak terasa
pertemanan yang biasa kami sebut sebagai Teman
Berbagi itu dengan cepat berganti menjadi Pasangan Berbagi. Berbagai topik pembicaraan pun terjadi. Dari
mulai tentang teman berbagi, pasangan berbagi bahkan pasangan hidup yang
benar-benar terukir indah dalam setiap proses visualisasi kami dari audio
lantang pembicaraan kami di setiap pagi, siang, sore dan malam. Semakin membuat
kami menyadari wujud manipestasi penciptaan-Nya yang Maha Indah yang harus
disyukuri.
Semakin terasa dekat dan memikat. Satu lirik pun
akhirnya tersirat dalam sebuah pesan singkat. Ia mengutif sebuah lirik dan mengirimnya padaku.
“ketika
kamu aku..melebur menjadi satu..dan hanya WAKTU yang mungkin bisa..memahami apa
yang terjadi..apa yang sedang kurasa..apa yang sedang kau rasa..adalah cinta
yang tak bisa..dijelaskan dengan kata-kata…”.
Sebuah kutipan sederhana tapi syarat makna dan
membuat kami bisa saling mengingat. Pertemanan yang asyk pun meningkat selevel
lebih tinggi menjadi kemesraan seirama dengan istilah yang kami ubah dari teman
berbagi menjadi pasangan berbagi. Dalam penegasannya ia mengirim pesan di pagi
hari saat membangunkan Aku.
“mlai hr ini km adlh psngan berbagiku…”.
Pesan yang mengejutkan dan membuat otot-otot
pipiku berkerut membentuk lesung pipi dan bibirku pun dengan sendirinya
melakukan cara-caranya merebah untuk tersenyum. Kami benar-benar menikmati
semua rasa yang kami alami. Entah seperti apa orang menganggap hubungan kami,
kami sudah tidak memperdulikannya. Kami saling menguatkan dan meyakinkan satu
sama lain bahwa waktu akan menjawab semuanya. Walaupun dalam hati kami ada rasa
sedikit kesal pada Icank, seorang teman yang kurang kreatif dalam hal
memperkenalkan aku dan Benny. Yah.. mungkin karena Icang dulu pernah memintaku
untuk menjadi ceweknya. -Aku
mengerti-.
Kami menganggap semua itu anugerah yang terselip
dalam sebuah cerita yang memang mungkin seharusnya begitu. Aku, dirinya selalu
menganggap itu hal yang luar biasa. Memang. Bahasa Ana uhibbu ilaik sepertinya mendarah daging dalam setiap bahasa
kami. Sungguh. Dengan segala keyakinan dan kenyamanan yang sama-sama kami
rasakan, ia pun mulai mengenalkan seorang gadis, adiknya. Gadis itu bernama
Rama Rahma Wahab. Sebuah perkenalan baru telah aku alami dengan salah satu
anggota keluarganya. Kami hanya bertaut satu tahun. Aku lebih muda dari Rahma.
Hari demi hari komunikasi pun terjalin dengan baik. Semua menambah sempurnanya
hubungan aku dan Benny yang kerap orang-orang menyebutnya Long Distance Relationship. Hubungan yang kami bisa nikmati dan
syukuri.
“Aku ga
pny alasan knp Aku sayang ma kmu..yg jls Aku pngn kl suatu hr nanti kmu adlh
org yg ptama Aku liat n Aku cium ktika Aku bgn pagii..”
Wanita mana yang tidak melted hatinya jika pasangan berbaginya berkata begitu dalam
keadaan sadarnya. Semua akan mengakuinya itu indah, termasuk Aku. Banyak impian
yang kami rencanakan untuk di masa yang akan datang. Dalam agendaku pun telah
Aku jadwalkan untuk bertemu dengannya di bulan September tahun depan sesuai
dengan permintaanya dan bertepatan dengan hari kelahirannya. Semua terencana
dengan tersusun dan wajar. Saat Aku sakit terkapar tak berdaya, ia lah orang
yang benar-benar kurasakan rasa khawatirnya, mungkin kedua setelah keluargaku.
Karena Aku akan berdosa bila katakan ia yang pertama sebelum orang tuaku. Semua
hari-hariku terasa lebih indah dan bermakna setelah bersamanya, walaupun ada
jarak yang memisahkan dan waktu yang belum mempertemukan kami. Dan kadang
menyesak satu sesal dan rasa kesel karena mengingat ulah si Icank yang pelit dan selalu berbelit setiap Benny
meminta number hape-ku padanya. Selalu
teringat. Ulah teman yang konyol dan lucu. Itu pelengkap yang membuat kami tak
sedikit pun mengurangi rasa syukur kami pada-Nya.
Dia tidak pernah mengeluh dengan kebiasaan
burukku yang sering meninggalkannya begitu saja. Membuatnya menunggu pesan
singkatnya dibalas padahal aku tertidur tak sadarkan diri. Ini salah satu hal
baik yang membuatku semakin nyaman. Yah. Ia menerimaku apa adanya. Salah satu
impiannya adalah ia ingin anak-anaknya nanti belajar bahasa Internasional dari
orang yang menjadi Ibu dari anaknya. Akulah sosok yang ia anggap mampu
melakukan itu. Menarik. Bukan aku tak mau menjadi sombong, tapi Aku tahu Dia
tidak menyukai yang sombong. Ia membuatku merasa bahwa Aku benar-benar menjadi
sosok seorang wanita. Tak pernah kami merasa bosan dengan semua cerita-cerita
tentang kami masing-masing.
Suatu hari, selang beberapa waktu saja, diantara
kemesraan Aku dan dia, Aku terbangun malam hari. Kebiasaanku untuk melakukan
ritual malam yang dia pun ingin tertular. Dimasa itu perkuliahanku disibukan
dengan berbagai tugas dan acara perkuliahan diluar yang cukup menguras tenaga
dan fikiranku. Oleh karenanya Aku mencurahkan semua itu setiap dini hari. Tepat
sekali saat Aku membuka mata dan membalikkan tubuhku dari tidurku, pukul
02.19.15, dering handphone-ku
berbunyi. Aku membukanya. Dengan sedikit mata yang berat Aku membaca pesannya.
“Ana Uhibbu Ilaik, ya Ukhti…”
Begitu cara ia membangunkanku dini hari itu. Hal
yang tidak seperti biasanya. Dia untuk pertama kalinya begadang dibalik
kesibukannya mengurus sebuah toko miliknya yang bisa memanjakan wanita dengan
aneka keperluan wanita yang tersedia. Dini hari yang janggal menurutku. Tapi
Aku mencoba untuk berfikir positif. Mungkin ia terbangun atau ia melakukan
sesuatu di waktu itu.
16 Nopember dini hari adalah waktu yang tak
biasa. Iya. Tak biasa. Awkward.
Hingga pagi Aku berkali-kali membalas pesan
singkatnya. Bertanya dengan penuh penasaran tentangnya dan keadaannya. Seperti
biasa, kami memang selalu berkomunikasi kapanpun kami sempat. Tapi apa yang
terjadi? Aku hanya menunggu. Tak ada balasan ataupun sekedar merespon rasa
penasaranku mengapa ia terbangun dini hari itu. Aku mengira ia tertidur.
Begitulah Aku mencoba positive thinking
pada pasangan berbagiku. Waktu demi waktu, siang malam pun berganti. Namun,
balasan tak kunjung ada. Semakin besar rasa penasaran itu, semakin Aku berfikir
hal-hal yang memungkinkan ia tak membalas semua pesanku. Telah banyak pesan
kukirim. Prasangka, praduga dan rasa sayang yang tak lupa selalu Aku ungkapkan.
Aku mulai bingung. Hari pertama, kedua, ketiga hingga keempat dan seterusnya
masih juga tak ada kabar.
Tuhan. Beri aku jawaban. Ada apa dan mengapa.
Aku bersedih, Tuhan. Menunggu kabar tentangnya. Air mata yang sedari siang Aku
tahan akhirnya jatuh juga. Aku melangkahkan kakiku dengan lemas dan wajah yang
lusuh. Aku pulang ke rumah, berjalan diantara hujan yang gerimis mengiringi air
mata yang sekejap saja ingin Aku cucurkan. Aku memasuki kamarku. Terpaku.
Terdiam. Mengingat jelas status yang Aku baca dalam salah satu jejaring sosial
milik Rahma, adik Benny. Aku berdiri dibalik pintu kamarku. Menggigil
kedinginan karena hujan dan menangis sejadi-jadinya. Aku terisak membuka
bendungan air mata. Tubuhku melemah dan tertunduk. Aku terduduk memeluk erat
lututku. Seolah Aku memeluk bayangan ia yang terpisahkan jarak. Dadaku semakin
sesak dan air mataku tak pernah berkompromi. Kesedihanku terluapkan dalam sudut
kamar itu. Aku benar-benar merasa sendiri dan terkhianati. Terjebak dalam kebingungan
dan ketidaktahuan akan tentangnya. Dadaku terasa sesak. Aku mengenangnya dalam
tangisan. Bertanya dalam hati. Pasangan berbagi, aku menunggumu. Aku ungkapkan
semua rasa bertahanku dalam beberapa bait puisi.
Losing You
There
is nothing I could do in my lonesome
There
is nothing I could say making awesome
I stay
numb behind the pink shower curtain
Wait
for the beautiful tragic killing curtains
It must
be lie if I were have a dream in my pillow
I used
to loved you and never leave you anyhow
Baby, I
would like to look forward to you
Baby, I
won’t through this part without you
I don’t
want to pain the dark and sorrow
It’s
like the cancer which is gnaw and grow
I was
damned for all these kinds of curses
I have
to take a shit away from all nurses
Hell,
Yeah! I ain’t the scandal of those cases
We
don’t even know how this life become tragedies
Whole
being of my fucking mind has been focused
For
something worth that I have already lose
I
realized indeed you were not here any longer
Whereas
I convinced, hence I got the best of the stronger
For one
the unloved, we have to learn how to love
For one
the forgotten, we have to learn how to forgive
(22Nop’09 @ 17:00)
Jum’at, 27 Nopembar 2009 yang bertepatan dengan
perayaan hari Idul Adha itu, setelah Aku melaksanakan sembahyang magrib Aku
hendak membaca Al-Qur’an. Ada satu pesan singkat yang mengalihkan perhatianku.
Aku membukanya dan membacanya dengan perlahan.
“Aq tak pny hati utk menyakiti dirimu..”
Hati yang mana yang tidak tersentuh membaca
pesan seperti itu. Pesan yang datang dari seorang lelaki yang selama itu Aku
tunggu kabarnya. Dalam sadarnya hanya memberi jawaban seperti itu. Mataku
seperti terbius dan segera bereaksi. Saat itu juga Aku menangis sejadi-jadinya
dengan perasaan galau. Itupun yang terjadi ketika Aku menulis cerita ini.
Mungkin akan terjadi hal yang sama ketika nanti suatu hari Aku membaca cerita
ini-menangis-untuk mengenang semua tentangnya. Aku merasakan sesak yang dalam
di dadaku. Jari-jariku bergetar ketika mencoba mambalas pesan itu. Sementara
itu, air mataku dengan cepat mengalir membasahi muka dan tanganku. Aku kembali
menangis di sudut kamarku sendiri. Suara Sammy dengan lagunya ‘mengenangmu’
seolah menyempurnakan kesedihanku saat itu. Sedih yang mendalam. Tanpa seorang
pun yang mampu menyeka air mataku. Aku terlarut dalam rasa pilu. Tak lama
setelah Aku membalas pesannya, kembali ia membalas dengan singkat, dan pesan
itu sebagai pesan yang terakhir kalinya yang ia kirim untuk Aku.
“Gda yg
slh n gda yg hrz d salahkn...mksh bwt smua...Mdh2an kta bs ktmu d saat yg
tepat..”
Sama saja. Semua tak menjawab semua pertanyaanku
selama itu. Aku sama sekali tidak membutuhkan jawaban yang terlalu diplomatis,
Aku ingin segala yang pasti. Mulai saat itu, Aku seperti orang bodoh yang
terjebak dalam jalan yang buntu. Bertanya pun seperti pada orang yang bisu dan
cacat rasa. Tapi Aku yakin dia bukan orang yang tunacinta. Aku terjebak pula
dengan sesuatu yang Aku yakini, tentu tak akan pernah Aku sesali. Semenjak itu
Aku hanya bisa mencoba berdiri tangguh dengan hati yang penuh
keragu-raguan. Berusaha berpura-pura
tersenyum sekedar memberi energi positif pada semua orang di sekelilingku.
Padahal jauh di dalam sana terpemdam hati yang pilu mengendap dan terus
tersimpan. Tentu bukan untuk Aku lupakan, tapi untuk ku simpan dan ku kenang.
Berniat suatu hari Aku akan terbiasa mengingatnya dengan tanpa air mata setetes
pun. Tuhan telah memenangkan kehendak-Nya. Tak apa, asalkan malaikat tak pernah
keliru dengan catatan-catatannya. Aku akan selalu menjalani dan menghadapi apa
yang ada di depanku dengan sedikit berusaha untuk bijak. Tulus. Penuh syukur.
4 April 2010..
Pasangan berbagi, aku udah kelarin semua
PPL-ku..PKL-ku,,aku juga udah kelarin laporan-laporannya. Aku ga pernah lupa
selalu menulis namamu dalam setiap tulisanku.. jadilah yang terindah buatku..
seperti katamu.. My Endless Love..
Pasangan berbagi, sekarang aku lagi dengerin
lagunya,, mengingat dan mengenangmu.. sekarang aku udah kost.. sesuatu yang
pernah kita diskusikan lalu hari itu.. aku menangis tanpa seorang pun yang tau
dan menyeka air mataku.. Aku sayang kamu.. T.T
=========================================================PAST
Bye..
0 comments:
Post a Comment