Full of Me and Half of My Past



Kembali lagi aku sign in disini..

Aku yang tidak penting untuk diketahui siapapun..
Aku yang selalu memproduksi kata-kata dan kalimat-kalimat yang tidak berkesinambungan secara struktur dan makna..
Aku yang selalu mengkolaborasikan organ-organ tubuhku untuk mengarang bebas tanpa bakat..
Mungkin juga sosok Aku yang memaksakan menulis ketidaksesuaian tulisan ini..

Aku banyak menulis, tapi bukan hobi apalagi bakat.
Aku banyak menulis karena guru yang memaksaku untuk membuat karanga-karangan mulai dari karangan bebas sampai dengan karangan yang rumit dengan aturan-aturan. Aku juga menulis karena dosenku yang bawel kerap selalu mengancam mata kuliahku dengan nilai E kalau aku tidak menyelesaikan tulisanku. Aku tertarik dengan mata kuliah composition 1 sampai composition 3 yang aku dapat semasa kuliah. Walaupun dari kumulatif nilaiku sempet anjlok dari A ke E. Keterpaksaan diawal membuatku terus menulis sampai mendapat nilai A. Dan untuk nilai E, aku terjebak secara fatal mengabaikan tugas akhir semesterku. Alhasil aku harus mengulang mata kuliah composition 3 dengan tingkat bawah. Dan, aku juga menulis karena semasa sekolah menengah pertama, aku punya banyak waktu untuk mamainkan jari-jariku mengekspresikan isi kepalaku. Hmm.. Semasa sekolah dasar, aku tidak punya banyak waktu buat itu. Paling panjang, tulisanku hanya berbentuk puisi-puisi sederhana yang bisa diselesaikan dalam waktu beberapa menit. Sewaktu aku sekolah dasar, waktuku habis oleh kegiatanku diluar rumah. Setelah sholat subuh, aku pergi mengaji di mesjid bersama Ustad Ajum dan santri lain baik yang sebaya ataupun tidak. Sepulang dari mengaji, aku pergi ke sekolah dasar sampai siang. Dan dalam perjalanan aku akan menghafal hafalan yang akan diulang di hari berikutnya oleh Ustad. Jam setenngah 2 siang aku harus masuk lagi ke madrasah tempat aku mengambil sekolah agama. Sehabis ashar akan dilanjutkan untuk mengaji kembali di mesjid. Baru setelah magrib bisa menghafal mata pelajaran di sekolah dasar. Aku akan tertidur begitu saja bersama buku-buku dan baju yang aku siapkan untuk besoknya. Berawal di tempat tidur dan akan berakhir juga di tempat tidur, itulah rutinitasku semasa sekolah dasar. Jarak tempat mengaji tidak jauh dengan rumahku, bahkan rumah Ustad Ajum tepat di sebelah mesjid, di depan tempat mengambil air wudhu. Sekolah dasarku jauh, dibutuhkan 40 menit untuk menempuhnya. Durasi itu sudah termasuk dengan waktu untuk membeli jajanan pagi, ikut permainan tradisional seperti sondah dan galah, dan nongkrong di depan kelas sambil menunggu teman yang sedang piket membersihkan kelas. Rundown hidup yang padat dan mengasikan. Aku mengambil pendidikan sekolah dasar dan sekolah agama secara bersamaan. Sama-sama 6 tahun dan telah aku selesaikan dengan baik.
Setelah masuk ke sekolah menengah pertama, waktuku mulai luang. Satu tahun pertama aku habiskan dengan sekolah dari pagi sampai siang dan mengaji di malam hari bersama Ustad Anwar yang tidak jauh dari rumah baruku. Aku baru pindah setelah aku selesai sekolah dasar, sedangkan orang tuaku telah berpindah sejak aku masih duduk di bangku kelas 4 SD. Aku berlanjut menikmati setiap hariku. Aku banyak menulis puisi, cerpen dan konyolnya aku menulis ulang yang aku tulis di sekolah. Bisa berupa rangkuman, bisa juga berupa rumus-rumus yang aku kumpulkan supaya dapat dengan mudah di hafal. Kebiasaan ini tidak ada pada teman-temanku. Setauku, tidak ada satu orangpun dari temanku yang melakukan hal itu. Aku merangkum hampir semua mata pelajaran, terutama Biologi, Fisika, Agama, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. AKu menulisnya dalam sebuah buku agenda yang ukurannya besar dengan separator untuk masing-masing mata pelajaran. Mungkin bisa dibilang aku kurang kerjaan. Bisa jadi. Aku akan mencari catatan-catatan itu semua.
Lingkungan yang baru ini membuat aku malas untuk berinteraksi dengan tetangga secar berlebihan. Kalau ada teman yang main, cukup diam di kamar, ruang tamu atau di dapur. Di ruangan-ruangan itulah aku dan teman-temanku berekspresi. Hanya sesekali saja bermain bola volley di depan rumahku. Bisa dilakukan secara bergantian d rumahku atau di rumah temanku. Cerita dasn tawa selalu terjadi di sudut-sudut ruangan itu. Ekstrakulikuler yang aku ikuti tidak banyak, sehingga sangat jarang aku pulang telat. Aku mengikuti organisasi siswa intra sekolah, atau OSIS. Aku juga mengikuti ekskur olahraga volley, agama, karawitan dan pramuka. Ekstrakulikuler standard yang biasa diikuti anak SMP. Kegiatan menulisku dilakukan dalam sebuah buku khusus. Terpisah dari buku-buku mata pelajaran, buku tugas dan buku rangkuman. Da tulisan fiksi yang 100% mengarang, ada juga tulisan sebentuk diary harian dan cerpen atau puisi yang berkaitan dengan kehidupan. Tidak terlalu ingat persis tujuannya apa dan manfa'atnya apa. Aku hanya menulis. aku hanya berekspresi.
Sedikit demi sedikit aku mulai suka menulis dalam bahasa Inggris. Karena nilai bahasa Inggrisku yang lumayan. Dengan mencoba menenjemahkan semuanya ke dalam Bahasa Inggris. Tahun kedua dan ketiga semuanya mulai seimbang. Belajar dan ekstrakulikuler aku jalani bersamaan. Tidak ada koleksi izin apalagi alfa di raportku. Tidak ada juga catatan bolos upacara bendera di Hari Senin. Kau pernah mencoba menjadi bagian dari petugas upacara, baik itu menjadi pengibar bendera, membacakan undang-undang, do'a, dan lainnya. Kalau tidak, aku pasti berada di barisan paduan suara atau di barisan favoritku, yaitu di baris ke tiga setelah teman-temanku yang laki-laki. Beasiswa pun aku dapat disana dan lulus dengan nilai tertinggi diantara sekolah lain. Maklum, yang mendapat nilai tertinggi di sekolah lain adalah tetanggaku. Jadi kau tahu nilainya berapa. Masa SMP yang asik, lebih asik dari semasa SD. Di setiap kenaikan kelas, biasanya aku menari lagu anak-anak dan lagu daerah, di SMP aku bermain karawitan dan sesekali menyanyi lagu daerah. Sekolahku sangat menjungjung tinggi kesenian daerah. Untuk hiburan akhir taunpun biasanya akan menampilkan reog di penghujung acaranya. Aku bangga menjadi lulusan angkatan ke 4 dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Nyalindung yang walaupun waktu itu masih baru. Aku rindu semua guru dan kepala sekolah yang memiliki cerita-ceritanya sendiri.
Hingga akhirnya aku keluar dari SMP dan melanjutkan ke SMA.
Nah bagian ini akan aku lanjut di tulisan yang terpisah.. Menuju pendewasaan yang kekanak-kanakan.


Love

0 comments:

Post a Comment

 

Followers

Links

BumiBloggerWarung Blogger