Bagaimana rasanya jadi warna pink?

Tidak semata-mata dijadikan analogi, beb..
Aku yang melulu memilih warna hitam, putih dan diantaranya ada warna abu-abu. -tetap kupilih-
Hanya sesekali aku memilih warna selain itu.
Apa memang benar kata mereka warna favorit seseorang itu manggambarkan karakter?
Nah aku bingung kalau harus begitu. Bingung memilih warna dan menentukan si warna itu sendiri apakah sudi mewakili karakterku?
Andai kata pink se-unyu ranger pink, apa boleh kalau menjadi macho?
Sebaiknya ada color grade yang benar-benar secara akurat mengatur bab warna ini, bukan mengira-ngira.
Kebanyakan orang tertipu dengan apa yang dihasilkan oleh indra penglihatan.
Akan sangat beruntung untuk beberapa orang yang melihat dengan mata yang masih 'baik'.
Lalu bagaimana dengan 'mata'yang katarak? yang bolor? yang minus?
Aku melihatmu seperti hitam di atas putih, semacam surat.
Aku melihatmu seperti putih di atas hitam, semacam apa?
Aku melihatmu seperti di antara hitam dan putih, semacam persis lah begitu.
Pandangan boleh berbeda, perasaan boleh berbeda, tapi esensi itu kan katanya di hati.
Pandangan dan perasaan itu sama, sama-sama berubah-ubah.

Bijaksana menghargai cahaya, karena cahaya lah kita tahu warna-warna itu berbeda.
Cahaya matahari dan cahaya hati.

Bukan tulisan bagus. Bukan indra yang baik. Bisa jadi aku salah pilih warna.

0 comments:

Post a Comment

 

Followers

Links

BumiBloggerWarung Blogger